Yang Terabaikan : Taman Nasional Meru Betiri

Ada 3 Taman Nasional yang terletak di Propinsi Jawa Timur, yaitu : Taman Nasional Baluran di Situbondo, Taman Nasional Alas Purwo di Banyuwangi, dan Taman Nasional Meru Betiri yang terletak di dua kabupaten, Kabupaten Jember dan Kabupaten Banyuwangi.

TN Meru Betiri ini sudah lama ingin saya kunjungi, baru kali ini saya berkesempatan mengunjunginya. Untuk bagian TN Meru Betiri yang menempati wilayah Jember, Pantai Bandealit merupakan tempat yang wajib dikunjungi.

Tidak terlalu sulit menemukan pintu gerbang TN Meru Betiri, dari pusat kota Jember, arahkan kendaraan menuju Ambulu, lalu belok ke kiri dan terus ikuti jalan, melewati perkebunan coklat dan karet hingga di pintu gerbang TN Meru Betiri.

Hello Meru Betiri..!
Hello Meru Betiri..!

Saya disambut oleh Pak Cucuk, begitu nama yang tertera pada name tag di rompinya, berusia sekitar 50 tahun. Ia menjaga pintu TN Meru Betiri.

Pak Cucuk, penjaga gerbang TN Meru Betiri.
Pak Cucuk, penjaga gerbang TN Meru Betiri.

“Siang Mas”, sapanya ramah ketika melihat saya turun dari motor untuk melapor masuk ke kawasan TN Meru Betiri.

“Siang Pak, saya mau masuk ke TN Meru Betiri, mau ke Pantai Bandealit”, lanjut saya sambil tak hentinya membayangkan akhirnya sampai juga saya pada tempat ini.

Ia lalu menyebutkan harga tiket yang harus dibayar, sebesar Rp.8.000 sebagai tiket masuk TN Nasional Meru Betiri untuk 2 orang, walaupun di lembar tiket hanya tertulis Rp.2.500. Lalu memberikan 2 buah brosur mengenai TN Meru Betiri kepada saya. Brosur ini menjelaskan secara detail mengenai aktivitas yang bisa dilakukan pengunjung di TN Meru Betiri bagian Jember dan juga TN Meru Betiri bagian Banyuwangi. Aktivitas seperti canoeing, body surfing, menyusuri sungai menggunakan speedboat, dan juga green house anggrek yang koleksinya banyak menyimpan anggrek varietas langka tertera pada brosur tersebut.

Dari pintu gerbang TN Meru Betiri, perjalanan masih 14 km lagi, dengan jalanan yang rusak parah, ditambah kala itu habis turun hujan sehingga jalannya licin.

“Hati-hati di jalan, karena jalan licin”, pesan Pak Cucuk.

Disarankan menggunakan kendaraan yang mampu menerjang jalan offroad, mobil 4-wheel drive atau motor cross. Mobil biasa, apalagi dengan gardan yang rendah bisa dipastikan tidak bisa melewati rusaknya jalan ini. Motor dengan transmisi otomatis juga sulit melewati kawasan ini.

Benar saja, baru beberapa ratus meter meninggalkan pintu masuk TN Meru Betiri, di depan saya jalanan menanjak dengan kontur yang rusak menyambut saya. Sejenak saya berhenti guna melihat rute untuk melewati jalan tersebut. Sukses menempuh jalan tersebut, pada beberapa tempat saya kembali harus menjumpai keadaan serupa. Sejauh 8 km pertama dari gerbang masuk, akan ditemui jalan yang berbukit dengan permukaan berbatu, di beberapa titik dengan permukaan tanah yang cukup sempit. Perlu kehati-hatian ekstra dan konsentrasi untuk melewati daerah ini.

Jalan Yang Rusak Sepanjang 14 KM!
Jalan Yang Rusak Sepanjang 14 KM!

Ada sebuah pos kecil dan warung saat memasuki 6 KM selanjutnya, jalan untuk melewati lokasi ini diberi portal, namun untuk motor bisa melewati tepian jalan. Lucunya, ada sebuah papan pengumuman di samping pos, tertera tulisan “Istirahat Sejenak Sebelum Melalui Perjalanan Yang Lebih Menantang “, iya banget..HAHA.

Tulisannya terbaca nggak?
Tulisannya terbaca nggak?

Ternyata tulisan tersebut tidak salah, jalan yang dilalui semakin berat, dengan kontur jalan yang makin tidak stabil. Kali ini batang pohon yang tidak terlalu besar menutupi jalan saya, dari letaknya batang pohon tersebut terlihat sengaja diletakkan, bukan pohon yang tumbang. Entah siapa yang melakukan itu, karena lokasi ini sepi sekali. Susah payah saya mendorong batang pohon tersebut agar menjauhi jalanan.

Pintu gerbang dengan huruf yang sudah lepas menyambut kedatangan saya ke Pantai Bandealit. Masih sekitar 1 km lagi sebelum benar-benar sampai di Pantai Bandealit. Hitungan saya, 1 jam perjalanan untuk menempuh 14 km, sesuai dengan perkataan Pak Cucuk saat saya tanya waktu tempuh ke Bandealit.

Pintu gerbang Pantai Bandealit.
Pintu gerbang Pantai Bandealit.

Bagusnya Pantai Bandealit, itu hanya kata yang bisa saya ucapkan kala melihat deburan ombak di sepanjang 3 km garis pantai. Saat itu ada beberapa orang pengunjung dan tak lama mereka pergi.

Ini Bisa Dipakai Untuk Camping, lho..
Ini Bisa Dipakai Untuk Camping, lho..
Pantai Bandealit.
Pantai Bandealit.

Yang tertera pada brosur sungguh berbeda dengan keadaan sebenarnya. Tidak ada canoeing, tidak ada body surfing, padahal itu adalah hari Minggu. Pehape abis brosurnya :p. Saya yakini, sepinya pengunjung membuat semua yang telah dipersiapkan dengan baik oleh pengelola Taman Nasional Meru Betiri tersebut tidak lagi ada.

MCK..??
MCK..??

Sekitar 50 meter dari Pantai Bandealit tertera petunjuk menuju kawasan mangrove, ada 2 buah bangunan penginapan permanen yang tampak tidak ada menempati. Pada bagian belakangnya terdapat rawa dan mangrove, ada sebuah perahu speedboat kecil tanpa mesin teronggok tak terurus. Saya menduga sudah lama tidak ada yang menggunakan fasilitas ini. Sayang sekali.

Penginapan yang terbengkalai.
Penginapan yang terbengkalai.
Speedboat yang terabaikan
Speedboat yang terabaikan

Dari obrolan saya dengan Pak Cucuk saat saya kembali ke pos masuk terungkap jika Taman Nasional Meru Betiri memang tidak terurus. Aksesibilitas yang rusak parah menjadi kendala bagi sulitnya pengunjung datang kesana. Padahal potensi TN Meru Betiri sebagai tempat wisata alam dan edukasi sangatlah bagus.

Pak Cucuk menambahkan, jika aksesibilitas menuju TN Meru Betiri bagian Banyuwangi juga rusak parah. Bahkan untuk menuju Pantai Sukamade, tempat melihat penyu, aksesnya rusak berat.

So, berminat mengunjungi Taman Nasional Meru Betiri?

One thought on “Yang Terabaikan : Taman Nasional Meru Betiri

  1. Pingback: Terbaik Paintai Bandealit Dan Taman Nasional Meru Betiri – Jember Dengan 17 Foto - Indonesia Bagoes

Leave a comment